"SELAMAT DATANG DI WEBSITE UPT DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KECAMATAN GANDRUNGMANGU"

BERITA

Jumat, 03 Agustus 2012 - 14:26 WIB
Pendidikan Karakter Untuk Membangun Manusia Indonesia Yang Unggul
Oleh : Thanon Aria Dewangga, Asdep Bidang Pelaksanaan dan Pelaporan Persidangan
- Dibaca: 22818 kali




Ada sebagian kecil kalangan berpandangan bahwa Pemerintah kurang serius dalam membenahi sektor pendidikan. Sesuatu yang debatable karena dari berbagai sudut pandang dan dimensi, pemerintah sangat berkomitmen untuk meningkatkan taraf pendidikan. Mulai dari 20% anggaran khusus untuk pendidikan,  pembangunan bangunan sekolah-sekolah yang rusak, peningkatan taraf hidup dan kualitas guru dan lain-lain.
Pendidikan adalah elemen penting dalam pembangunan bangsa karena melalui pendidikan, dasar pembangunan karakter manusia dimulai. Yang masih hangat dalam pikiran penulis, yang terlahir di era 70-an, di sekolah dasar kita dibekali pendidikan karakter  bangsa seperti  PMP dan PSPB sampai akhirnya diberikan bekal lanjutan model Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting untuk membangun dan mempertahankan  jati diri bangsa.  Sayang, pendidikan karakter di Indonesia perlu diberi perhatian lebih khusus karena selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai. Pendidikan karakter yang dilakukan belum sampai pada tingkatan interalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan di Indonesia saat ini cenderung lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan  kecerdasan, namun mengabaikan pendidikan karakter. Pengetahuan tentang kaidah moral yang didapatkan dalam pendidikan moral atau etika di sekolah-sekolah saat ini semakin ditinggalkan. Sebagian orang mulai tidak memperhatikan lagi bahwa pendidikan tersebut berdampak pada perilaku seseorang. Padahal pendidikan diharapkan mampu menghadirkan generasi yang berkarakter kuat, karena manusia sesungguhnya dapat dididik , dan harus sejak dini. Meski manusia memiliki karakter bawaan, tidak berarti karakter itu tak dapat diubah. Perubahan karakter mengandaikan suatu perjuangan yang berat, suatu latihan yang terus-menerus untuk menghidupi nilai-nilai yang baik dan tidak terlepas dari faktor lingkungan sekitar. Era keterbukaan informasi akibat globalisasi mempunyai faktor-faktor negatif antara lain mulai lunturnya nilai-nilai kebangsaan   yang dianggap sempit seperti patriotisme dan nasionalisme yangdianggap tidak cocok dengan nilai-nilai globalisasi dan universalisasi.
selanjutnya Kekhawatiran terhadap pembangunan karakter bangsa yang dimulai dari pendidikan usia dini menjadi perhatian khusus dari Presiden SBY. Dalam beberapa kesempatan Sidang Kabinet, Presiden dan Wakil Presiden mendiskusikan hal-hal yang menjadi perhatian masyarakat dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, antara lain masih adanya isu dan tantangan sosial yang seharusnya dapat dipecahkan atas hasil kontribusi sektor pendidikan. Sebagai contoh, meskipun bangsa ini telah memiliki falsafah Pancasila dan ajaran agama, tetapi masih banyak terjadi aksi kekerasan antar komunal atau antar umat beragama.
Presiden dalam kunjungannya ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, saat memberikan arahan dalam Sidang Kabinet Terbatas tanggal 31 Agustus 2012 yang membahas Program Strategis Pemerintah di bidang Pendidikan berharap perlu ada kontribusi yang dapat disumbangkan oleh sektor pendidikan untuk memperkuat toleransi, baik nilai sikap mental dan perilaku bagi bangsa yang majemuk untuk lebih baik lagi. Sikap toleransi harus dibangun, diajarkan, dan diperkuat kepada anak didik hingga tingkat wajib belajar 9 atau 12 tahun, sehingga diharapkan dapat membuahkan sesuatu yang baik. Wajib belajar 9 tahun dapat dikatakan sebagai formative years, yaitu waktu untuk membentuk karakter, nilai, sikap, dan perilaku bagi perjalan kehidupan manusia. Jika pemerintah dapat mengajarkan sikap toleransi dengan metodologi yang tepat, maka hal ini akan melekat lama.
Tidak hanya dalam kesempatan di Sidang Kabinet, dalam beberapa acara antara lain National Summit  dan Peringatan Hari Ibu, Presiden SBY menekankan pentingnya nation character building . Kutipan pernyataan Presiden SBY adalah sebagai berikut:  “Dalam era globalisasi, demokrasi, dan modernisasi dewasa ini, watak bangsa yang unggul dan mulia adalah menjadi kewajiban kita semua untuk membangun dan mengembangkannya.  Character building penting, sama dengan national development yang harus terus menerus dilakukan. Marilah kita berjiwa terang, berpikir positif, dan bersikap optimistis. Dengan sikap seperti itu, seberat apapun persoalan yang dihadapi bangsa kita, insya Allah akan selalu ada jalan, dan kita akan bisa terus meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia”.
Poin dari pernyataan di atas adalah pendidikan karakter mempunyai fungsi strategis bagi kemajuan bangsa, harus ada komitmen untuk menjalankan pendidikan karakter sebagai bagian dari jati diri bangsa. Komitmen yang harus kita jalankan semua, mengacu kepada 5 nilai karakter bangsa untuk menjadi manusia unggul yang disampaikan oleh Presiden SBY yaitu :
  1. Manusia Indonesia yang bermoral, berakhlak dan berperilaku baik;
  1. Mencapai masyarakat yang cerdas dan rasional;
  1. Manusia Indonesia ke depan menjadi manusia yang inovatif dan terus mengejar kemajuan;
  1. Memperkuat semangat “Harus Bisa”, yang terus mencari solusi dalam setiap kesulitan;
  1. Manusia Indonesia haruslah menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa,Negara dan tanah airnya.
(Puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional  2011, Jumat 20Mei 2011)
Pendidikan bukan hanya membangun kecerdasan dan transfer of knowledge, tetapi juga harus mampu membangun karakter atau character building dan perilaku. Dengan hakekat pendidikan dan dibangun metodologi yang tepat, maka diharapkan dapat dibangun intellectual curiosity dan membangun common sense. Tidak bisa ditunda lagi, generasi penerus bangsa harus serius untuk dibekali pendidikan karakter agar dapat memenuhi 5 nilai manusia unggul di atas.


4 Tips Belajar Hidup Sehat dari Anak
Irene J. Haris / Jeane Meiske Widi | Dini | Jumat, 16 Maret 2012 | 09:23 WIB

KOMPAS.com - Terkadang, berpikir seperti seorang anak kecil dapat menjadi cara terbaik untuk mengarungi kehidupan yang penuh lika-liku. Anak-anak dengan sifatnya yang polos, sebenarnya adalah petarung hidup yang hebat. Sebab, mereka selalu diliputi keceriaan dan menatap ke depan. Ternyata, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari anak-anak, untuk bisa hidup dengan lebih sehat dan bahagia. Apa sajakah itu? Coba simak!

1. Makan yang sering dimakan anak
Setiap orangtua akan berusaha memberikan makanan bernutrisi dan terbaik bagi anak. Tapi, kerap kali mereka melonggarkan standar itu terhadap diri sendiri. Karenanya, coba ikuti pola makan anak-anak agar lebih sehat. Makan tiga kali sehari secara teratur, ditambah dua kali snack yang sehat. Nikmati jus buah, potongan semangka, atau sorbet stroberi bersama anak, alih-alih minum frappuccino.

2. Bermain sambil berolahraga
Dengan aktivitas yang padat, mulai dari berlari-lari di halaman, melompat-lompat, hingga menari-nari mengikuti irama lagu, anak-anak seakan tak pernah diam. Itu artinya, tubuhnya selalu membakar kalori tanpa kehilangan rasa antusias. Cara pandang ini juga bisa Anda tiru, dengan menemukan jenis olahraga yang menyenangkan, yang bisa Anda lakukan tanpa harus merasa terbebani.

3. Belajar berkata "tidak"
Anak-anak berpegang teguh pada pendiriannya, sehingga tak mudah goyah meski orang lain mencoba membujuknya. Semakin dibujuk, dia akan semakin berteriak, "Tidak, tidak, tidak!" Bila anak-anak bisa, kenapa Anda tidak? Anda bahkan tidak perlu sampai berteriak seperti mereka. Jadi, ketika bos untuk kesepuluh kalinya mencoba membujuk Anda masuk di hari libur padahal Anda sedang butuh istirahat, katakan tidak dan tak perlu dengarkan bujuk rayunya lagi. Juga ketika seorang teman mengajak Anda makan di restoran cepat saji, padahal Anda sudah punya bekal makan siang yang jelas lebih sehat.

4. Makan hingga kenyang
Anak-anak akan berhenti makan begitu perutnya sudah penuh. Ironisnya, banyak orang dewasa yang tetap mengisi perut padahal sudah kekenyangan. Antara mereka ingin menghabiskan makanan yang ada di piring atau karena tidak sadar kalau perutnya telah kekenyangan. Karena itu, ada baiknya Anda mulai belajar mengenali seperti apa sinyal-sinyal kenyang. Berusahalah mengambil makanan secukupnya dan segera berhenti sebelum kekenyangan.

Sumber: Best Health

Pendidikan Antikorupsi Mulai Juni 2012
| Sabtu, 10 Maret 2012 | 02:29 WIB

Jakarta, Kompas - Pendidikan antikorupsi di sekolah akan mulai diberlakukan pada tahun ajaran baru 2012/2013, Juni mendatang. Pendidikan ini tidak hanya diberlakukan bagi siswa, tetapi juga bagi guru dan kepala sekolah serta diintegrasikan dengan pendidikan karakter.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan hal itu seusai menandatangani nota kesepahaman dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tentang kerja sama pemberantasan tindak pidana korupsi, Jumat (9/3), di Jakarta. ”Kita ingin dunia pendidikan dan kebudayaan menjadi motor pencegahan korupsi melalui proses pembudayaan,” ujar Nuh.
Melalui pendidikan antikorupsi ini, Nuh berharap semua pihak menyadari bahaya korupsi bagi masyarakat dan menerapkan langsung dalam operasional sekolah. Hal itu, misalnya, sistem pengelolaan keuangan di sekolah menjadi lebih transparan, tidak ada pungutan, dan pengelolaan keuangan di sekolah semakin baik.
Ketua KPK Abraham Samad mengatakan, pelajaran antikorupsi yang disisipkan ke dalam kurikulum pendidikan karakter di jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi sejalan dengan program KPK.
”Kita ingin membangun generasi penerus yang suatu ketika tidak mengenal perilaku atau tindakan korupsi. Mendengar kata korupsi saja sudah tabu,” ujarnya.
Mantan Wakil Ketua KPK Haryono Umar, yang kini menjabat sebagai Inspektur Jenderal Kemdikbud, menjelaskan, pendidikan antikorupsi telah digagas sejak tahun 2010 dan modulnya diperkirakan siap akhir Maret 2012. Untuk jenjang pendidikan anak usia dini dan sekolah dasar, fokus pendidikan ada pada pembiasaan. Adapun khusus untuk jenjang pendidikan tinggi akan dimulai pelatihan bagi pengajar mulai Mei hingga Juni.
”Kita juga akan memperkuat pengawasan dan memperbaiki sistem pengelolaan keuangan di sekolah dan perguruan tinggi,” kata Haryono yang dilantik Jumat pagi, menggantikan posisi Musliar Kasim yang kini menjabat sebagai Wakil Mendikbud Bidang Pendidikan.
Menyangkut soal dugaan korupsi di sejumlah perguruan tinggi, Samad mengatakan, KPK masih terus melakukan investigasi untuk mencari bukti. ”Kerja sama ini bukan bentuk kolusi. KPK akan tetap mengusut dugaan itu,” kata Samad.
(LUK)

Tidak ada komentar: